Dunia modern sering mendefinisikan kesuksesan dengan indikator materi: kekayaan, kepemilikan, dan status sosial. Namun, dalam ajaran Islam, kekayaan sejati bukanlah tentang seberapa banyak yang dimiliki, melainkan tentang kekayaan hatiโyang diwujudkan melalui Qana'ah (rasa cukup) dan Zuhud (pelepasan keterikatan pada dunia). Kedua konsep ini membebaskan jiwa seorang Mukmin dari perbudakan materi dan kecemasan yang tiada henti.
Rasulullah SAW bersabda, mendefinisikan kekayaan yang sesungguhnya:
"Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan (yang sesungguhnya) adalah kekayaan jiwa (hati)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kekayaan jiwa inilah yang dibangun di atas fondasi Qana'ah dan Zuhud.
1. ๐พ Qana'ah: Kekuatan Menerima dan Merasa Cukup
Qana'ah (ุงููููููุงุนูุฉู) secara bahasa berarti menerima atau ridha. Dalam istilah syariat, Qana'ah adalah sikap menerima dan merasa cukup (ridha) terhadap rezeki halal yang telah Allah tetapkan, tanpa adanya keluh kesah atau iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain, seraya tetap berikhtiar mencari rezeki yang lebih baik.
A. Qana'ah Bukan Kemalasan
Seringkali, qana'ah disalahartikan sebagai kemalasan atau sikap pasif. Ini adalah pemahaman yang keliru. Qana'ah yang benar harus didahului oleh ikhtiar (usaha) maksimal mencari rezeki yang halal. Setelah berusaha, barulah hasil yang didapatkan diterima dengan lapang dada.
Prinsipnya adalah:
Pada Usaha: Maksimal, kompetitif, dan tidak pernah berhenti.
Pada Hasil: Qana'ah, menerima, dan bersyukur.
Jika qana'ah dilakukan tanpa usaha, itu bukanlah ajaran Islam, melainkan kemalasan yang tercela.
B. Buah Manis Qana'ah
Qana'ah adalah sumber utama kebahagiaan dan ketenangan hati di dunia:
Ketenangan Hati: Orang yang qana'ah bebas dari penyakit hati seperti tamak, hasad (iri), dan keluh kesah. Ia menyadari bahwa rezekinya telah dijamin oleh Allah, sehingga hatinya tenang.
Kehormatan Diri: Sikap qana'ah menjauhkan seseorang dari meminta-minta atau mengharapkan belas kasihan orang lain. Ia merasa terhormat dengan apa yang ia miliki.
Keberkahan: Allah SWT memberikan keberkahan pada rezeki yang sedikit namun diterima dengan syukur dan qana'ah. Keberkahan adalah bertambahnya kebaikan pada sesuatu.
Rasulullah SAW bahkan mengajarkan doa: "Ya Allah, jadikanlah aku seorang yang qana'ah dengan rezeki yang Engkau berikan, berkahilah aku dengannya..."
2. ๐ Zuhud: Melepaskan Keterikatan pada Dunia
Zuhud (ุงูุฒููููุฏู) secara bahasa berarti berpaling atau tidak tertarik. Dalam istilah syariat, Zuhud adalah melepaskan keterikatan hati dari kecintaan berlebihan kepada dunia (harta, kedudukan, popularitas), sehingga hati menjadi fokus penuh kepada akhirat, tanpa harus meninggalkan dunia secara fisik.
A. Zuhud Bukan Berarti Miskin
Konsep terpenting dari zuhud adalah bahwa zuhud berada di dalam hati, bukan di tangan atau penampilan.
Zuhud yang Benar: Seseorang bisa saja memiliki kekayaan melimpah (seperti Utsman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf), tetapi hatinya tidak pernah tergantung pada kekayaan itu. Harta berada di tangan mereka dan digunakan untuk kebaikan, tetapi tidak pernah masuk ke dalam hati mereka. Jika harta itu hilang, hatinya tidak goyah.
Zuhud yang Keliru: Seseorang hidup dalam kemiskinan dan penampilan lusuh, tetapi hatinya dipenuhi hasrat dan iri terhadap kekayaan orang lain. Ini bukanlah zuhud, melainkan kemiskinan yang tercela.
B. Pilar Utama Zuhud
Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikan zuhud menjadi tiga pilar:
Mengosongkan Hati dari Harapan Terhadap Manusia: Tidak mengharapkan pujian, bantuan, atau pengakuan dari manusia, sehingga amal hanya ditujukan kepada Allah.
Menganggap Sedikit yang Banyak (Minimalkan Kebutuhan): Melihat dunia dengan pandangan bahwa nikmatnya cepat hilang dan sedikit dibandingkan kenikmatan akhirat.
Mengganti Kesenangan Fana dengan Kesenangan Abadi: Mengutamakan segala amal yang membawa manfaat jangka panjang (akhirat) daripada kesenangan dunia yang sesaat dan cepat berakhir.
C. Dunia di Tangan, Akhirat di Hati
Zuhud mengajarkan bahwa dunia adalah ladang (mazra'atul akhirah) yang harus digarap untuk bekal akhirat. Kita diperbolehkan menikmati yang halal, tetapi harus memastikan bahwa kesenangan dunia tidak pernah menjadi tujuan akhir (ghayah), melainkan sekadar sarana (wasilah).
3. ๐ฏ Jalan Menuju Kemerdekaan Sejati
Qana'ah dan Zuhud adalah kunci bagi seorang Mukmin untuk mencapai kemerdekaan sejati:
Kemerdekaan dari Tamak: Qana'ah membebaskan seseorang dari rasa tamak yang tidak pernah puas, sehingga ia tidak akan melakukan cara-cara haram untuk mendapatkan harta.
Kemerdekaan dari Perbudakan Harta: Zuhud membebaskan seseorang dari tekanan dan ketakutan kehilangan harta. Hati yang zuhud adalah hati yang kaya dan merdeka.
Jika seseorang telah mencapai Qana'ah, ia tidak akan merasa miskin meskipun hartanya sedikit. Dan jika seseorang telah mencapai Zuhud, ia tidak akan merasa terbebani oleh harta, meskipun hartanya banyak.
Inilah kekayaan spiritual yang dijanjikan Islamโkekayaan yang tidak dapat diukur dengan neraca bank, melainkan dengan ketenangan dan kedekatan hati kepada Allah SWT. Dengan kedua sifat mulia ini, seorang hamba bisa fokus penuh pada tujuan penciptaannya: beribadah kepada Allah dengan penuh ketenangan.
